Laman

Rabu, 18 Juni 2014

TUGAS 5



JURNAL
EVALUASI SISTEM PENGUKURAN KANAL RADIO DUA ARAH
DALAM GEDUNG PADA PITA 2,5 GHz
MENGGUNAKAN ANTENA LARIK 3 DIMENSI

Puji Handayani1, Gamantyo Hendrantoro2, Djoko Purwanto3, Yasdinul Huda4,
1,2,3Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
4Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang
Thommy Hadi
Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika 2013, Universitas Negeri Jakarta



Abstrak

Semakin meningkatnya permintaan akses komunikasi nirkabel yang memiliki laju data tinggi sedangkan ketersediaan bandwidth terbatas, telah memicu penggunaan teknik transmisi menggunakan antena jamak baik di sisi pemancar maupun penerima. Analisis dan desain sistem ini memerlukan informasi yang akurat dan lengkap mengenai karakteristik statistik kanal nirkabel dua arah.
Karakterisasi kanal dapat dilakukan melalui pengukuran. Makalah ini membahas evaluasi sistem pengukuran berbasis vector network analyzer (VNA) menggunakan antena larik 3 dimensi yang dapat digunakan untuk memperoleh karakteristik kanal tersebut.
Pada perangkat keras sistem pengukuran yang didesain, dianalisis penerapan dua algoritma, yaitu MUSIC (Multiple Signal Classification) dan IFT-FD-SAGE (Invers Fourier Transform-Frequency Domain-Space Alternating Generalized Expectation-maximization) untuk mengestimasi parameter-parameter komponen sinyal lintasan jamak pada kanal.
 Hasil simulasi dan verifikasi menunjukkan bahwa algoritma FD-SAGE lebih sesuai untuk digunakan pada sistem pengukuran.

Kata Kunci: kanal radio dua arah, antena larik 3 dimensi, MUSIC, IFT-FD-SAGE



Abstract

The demand for high bit rate wireless access in a limited available of bandwidth have motivate people to use multi antenna transmission technique in their systems. The design and analysis of such systems needs complete and accurate information about the characteristic of double directional radio channel.
The channel characteristic could be obtained through extensive channel measurement. This paper discusses the evaluation of measurement system we have built which was based on vector network analyzer (VNA) using 3D array antenna.
We evaluate the application of MUSIC (Multiple Signal Classification) and IFT-FD-SAGE (Invers Fourier Transform-Frequency Domain-Space Alternating Generalized Expectation-maximization) algorithm to obtain the parameters of multipath signal components from measured data.
The simulation and verification results show that FD-SAGE algorithm is more powerful method to be applied to the measurement system.

 Keywords: double directional channel, 3D array antenna, MUSIC, IFT-FD-SAGE







1. Pendahuluan
Permintaan akses data dengan laju tinggi pada kondisi bandwidth yang terbatas telah memotivasi pengembangan sistem multi antena. Karakteristik umum kanal nirkabel adalah fading. Sistem dengan antena jamak pada pemancar dan penerima memungkinkan data ditransmisikan melalui kanal-kanal paralel pada lingkungan yang kaya penghambur sedemikian hingga diperoleh peningkat-an kapasitas yang signifikan.
Pengembangan sistem multi antena memerlu-kan informasi yang akurat dan lengkap mengenai karakteristik kanal nirkabel dengan antena jamak. Karakteristik kanal tersebut dapat dideskripsikan dengan statistik parameter-parameter fisik perambat-an gelombang radio pada lingkungan propagasi. Untuk sistem dengan antena jamak pada pemancar dan penerima, parameter perambatan gelombang radio ditinjau baik pada sisi pemancar maupun penerima. Kanal radio yang meninjau kedua aspek perambatan tersebut dinamakan kanal radio dua arah [8].
Parameter fisik perambatan gelombang radio adalah arah keberangkatan (DOD, Direction of Departure), arah kedatangan (DOA, Direction of Arrival), delay, dan amplitudo kompleks sinyal-sinyal lintasan jamak. Terdapat beberapa jenis sistem pengukuran yang telah dikembangkan untuk mendapatkan parameter-parameter fisik tesebut, dengan menggunakan konfigurasi antena larik dan algoritma estimasi parameter pada berbagai pita frekuensi. Fleury [4] melaporkan penerapan algoritma SAGE (Space Alternating Generalized Expectation Maximization) untuk mengestimasi parameter perambatan sinyal pada kanal radio dua arah dan mengevaluasi kinerja algoritma melalui simulasi menggunakan antena larik linier (ULA, Uniform Linear Array). Pada sistem pengukuran, algoritma diterapkan pada larik lingkaran (UCA, Uniform Circular Array) di pemancar dan larik persegi (URA, Uniform Rectangular Array) di penerima. Haneda [5] melaporkan sistem pengukuran menggunakan VNA untuk sinyal ultra wide band (UWB) pada 3,1 – 10,6 GHz menggunakan UCA di pemancar dan URA di penerima. Kedua antena larik tersebut adalah antena larik sintetik. Algoritma yang digunakan adalah FD-SAGE (Frequency Domain SAGE) yang telah dimodifikasi untuk sinyal UWB. Sistem pengukuran lain berdasarkan VNA juga dilaporkan oleh Cznik [3], yang menggunakan URA di pemancar dan ULA di penerima. Matthaiou [6] menggunakan ULA baik di pemancar maupun di penerima. Kedua peneliti terakhir ini juga menggunakan algoritma FD-SAGE untuk mendapatkan parameter sinyal lintasan jamak.
Meskipun dilaporkan bahwa parameter spasial dua arah yang diperoleh dari sistem pengukuran pada [3-6] adalah komponen azimut dan elevasi, tetapi konfigurasi larik lingkaran dan persegi sesungguhnya mempunyai sifat ambiguitas pada variabel elevasi. Selain itu, ketiga konfigurasi larik tersebut memiliki penguatan yang tidak seragam pada variabel azimut dan elevasi, kondisi yang mengakibatkan estimasi DOD dan DOA pada arah tertentu mempunyai akurasi berbeda dengan arah lain [1].
Pada makalah ini dibahas sistem pengukuran menggunakan VNA dan konfigurasi antena larik 3 dimensi berbentuk kubus. Larik 3 dimensi akan menghilangkan ambiguitas pada estimasi elevasi. Sedangkan konfigurasi kubus meghasilkan larik isotropis yang mempunyai penguatan seragam ke semua variabel arah dalam ruang [1]. Konfigurasi ini akan menghilangkan kelemahan yang terdapat pada ULA, UCA, maupun URA tersebut di atas. Pada penelitian ini dikaji dua macam algoritma estimasi parameter sinyal, yaitu MUSIC dan FD-SAGE.

2. Sistem Pengukuran
Sistem pengukuran bekerja pada domain frekuensi menggunakan VNA dengan diagram kotak diberikan pada Gambar 1. Port 1 (pemancar) dan Port 2 (penerima) masing-masing dihubungkan dengan antena larik kubus sintetik (CSA, Cubic Synthetic Array). Elemen larik adalah antena omnidireksional pita lebar dari jenis biconical. Untuk mendapatkan dynamic range yang lebih baik, diberikan low noise amplifier (LNA), power amplifier (PA), dan variable attenuator pada system. VNA dioperasikan melalui komputer dengan program LabVIEW. Komunikasi antara VNA dengan komputer dilakukan dengan antarmuka GPIB/USB. Besaran yang diukur adalah S21. Data ini disimpan pada direktori komputer untuk diproses menggunakan algoritma yang dipilih.
Lebar pita pengukuran adalah 330 MHz, pada interval 2170 – 2500 MHz dengan jumlah titik frekuensi Nf = 201. Dengan setup pengukuran ini, diperoleh panjang maksimum respon impuls 606 ns. Nilai ini cukup untuk menampung terjadinya komponen lintasan jamak yang berasal dari beberapa kali pantulan di dalam gedung. Dengan menggunakan algoritma IFT-FD-SAGE, resolusi delay pada respon impuls adalah 6,06 ns. Sedangkan dengan menggunakan MUSIC dapat diperoleh resolusi delay 1 ns dengan mengasumsikan beda waktu pengambilan data setiap snapshot adalah 1 ns.
Penerapan algoritma MUSIC dan IFT-FD-SAGE memerlukan teknik pengukuran berbeda karena model data pada kedua algoritma tersebut berbeda. MUSIC bekerja pada data di domain waktu sedangkan FD-SAGE di domain frekuensi. Karena sistem pengukuran yang didesain menggunakan VNA, maka untuk MUSIC data diambil sampelnya pada satu titik frekuensi saja. Selain itu, karena MUSIC memerlukan sampel data di domain waktu maka pengukuran harus dilakukan beberapa snapshot, dalam penelitian ini 20 snapshot. Dimensi data yang dihasilkan dari satu lokasi pengukuran adalah N × K dengan N adalah jumlah elemen antena larik dan K adalah jumlah snapshot. Untuk

CSA dilakukan dengan cara menempatkan antena bicone pada titik-titik sudut kubus secara berurutan. Setiap titik sudut kubus di pemancar mempunyai pasangan 8 titik sudut di penerima, sehingga data dari satu lokasi pengukuran adalah matriks berisi (M×N) × Nf entri, dengan M dan N berturut-turut adalah jumlah elemen antena larik di pemancar dan penerima. Panjang sisi kubus adalah 0.5λu, dengan λu adalah panjang gelombang pada frekuensi tertinggi. Dengan dimensi ini antena larik berfungsi sebagai larik pita sempit dan tidak terjadi aliasing spasial pada data yang diperoleh.
Pada saat pengukuran, SNR pada Port 2 dijaga agar tidak kurang dari 18 dB, hal ini dikarenakan hasil simulasi menunjukkan bahwa kinerja algoritma pada nilai ini cukup akurat.

3. Model Sinyal
Lintasan jamak pada sistem multi antena di pemancar dan penerima diberikan pada Gambar 2. Sinyal u(t) dari pemancar, akan mengalami penyebaran spasial oleh pemantul atau penghambur di sekitar pemancar.



Gambar 2. Lintasan Jamak
pada Sistem Multi Antena


3.1 Algoritma IFT-FD-SAGE
Himpunan parameter komponen lintasan jamak yang diestimasi adalah delay τ, DOA ζ(a), DOD ζ(d), dengan ζ(a) = {θ(a),φ(a)} dan ζ(d) = {θ(d),φ(d)} adalah elevasi dan azimut kedatangan dan keberangkatan, serta amplitudo kompleks α. Himpunan parameter ini dituliskan sebagai = {τl,ζl(a),ζl(d),αl}. ˆ
Pada algoritma FD-SAGE, parameter komponen lintasan jamak ke l diestimasi melalui dua tahap yaitu tahap ekspektasi atau interference cancellation, dan tahap maksimisasi. Pada [2] dilaporkan bahwa pada tahap ekspektasi, metode SIC (Serial Interference Cancellation) mempunyai kinerja lebih baik daripada PIC (Parallel Interference Cancellation). Selain itu, dengan SIC estimasi jumlah komponen lintasan jamak dapat dilakukan tanpa menggunakan teknik AIC (Akaike Information Criterion) atau MDL (Maximum Description Length), tetapi jumlah tersebut ditetapkan sebarang dan selanjutnya komponen sinyal yang dayanya berada di bawah threshold tertentu dibuang. Teknik ini lebih menguntungkan dari pada menggunakan AIC atau MDL karena jumlah sinyal yang ditetapkan dapat lebih besar daripada jumlah elemen antena larik, hal yang tidak dapat diperoleh pada AIC dan MDL karena keduanya berbasis teknik subspace.
3.2 Algoritma MUSIC
Algoritma MUSIC dapat digunakan untuk mengestimasi parameter delay dan arah


kedatangan komponen sinyal lintasan jamak secara serempak dengan melakukan estimasi secara bertahap dalam domain waktu (T-MUSIC) dan ruang (S-MUSIC) [9]. Algoritma ini diterapkan pada sinyal yang diobservasi pada domain waktu dan bekerja berdasarkan prinsip pemisahan subruang sinyal dan noise dari hasil dekomposisi eigen matriks kovarian sinyal. Pada tahap dekomposisi sinyal, pemisahan sub ruang sinyal dan noise memerlukan informasi jumlah komponen lintasan jamak. Proses ini dapat dilakukan dengan metode AIC atau MDL.

4. Simulasi
Simulasi pertama bertujuan mengetahui akurasi kedua algoritma ditunjukkan oleh Gambar 3 pada saat mengestimasi arah kedatangan dua komponen lintasan jamak dengan daya sama. Azimut dan elevasi dibangkitkan secara acak dengan distribusi uniform berturut-turut pada interval [0°,359°] dan [11°,170°].
Dari Gambar 3 tampak bahwa IFT-FD-SAGE mempunyai akurasi cukup baik pada SNR rendah dan sangat baik pada SNR di atas 10 dB. Pada SNR rendah tampak bahwa kinerja MUSIC sangat buruk, tetapi pada SNR di atas 10 dB sangat baik. Hal ini dapat dipahami karena pada SNR lebih tinggi puncak-puncak spektrum MUSIC lebih tajam sehingga pemisahan dan estimasi sinyal dapat dilakukan dengan lebih baik, seperti ditunjukkan pada Gambar 4 dan Gambar 5, yaitu kurva spektrum S-MUSIC untuk estimasi 2 sinyal yang arah kedatangannya berbeda 5° pada elevasi dan azimut untuk SNR 10 dB dan 20 dB. Tampak bahwa pada SNR 10 dB kedua puncak mengumpul sehingga estimasi yang akurat tidak bisa dilakukan, sedang pada 20 dB terdapat dua puncak untuk kedua sinyal sehingga estimasi yang akurat dapat dilakukan.
Akurasi estimasi delay kedua algoritma ditunjukkan pada Gambar 6. Tampak bahwa kinerja estimasi delay kedua algoritma sangat akurat meskipun pada SNR sangat rendah.
MUSIC bekerja berdasarkan metode subspace, sehingga dimensi subruang sinyal dan derau dibatasi oleh jumlah elemen antena larik. Karena itu secara teoritis jumlah maksimum sinyal L, yang dapat diestimasi parameternya dengan akurasi cukup baik adalah N - 1. Sedangkan IFT-FD-SAGE, karena bekerja secara iterative dengan proses yang tidak tergantung pada jumlah elemen antena larik, maka L tidak dibatasi oleh jumlah elemen antena larik


Gambar 3. DOA(θ,φ) Sebagai Fungsi SNR Menggunakan MUSIC dan IFT-FD-SAGE

Gambar 4. Spektrum MUSIC untuk Dua Sinyal Datang dari (50°, 200°), (55°,205°)
pada SNR 10 dB

Gambar 5. Spektrum MUSIC untuk Dua Sinyal Datang dari (50°,200°), (55°,205°)
pada SNR 20 dB

Gambar 6. Delay Sebagai Fungsi SNR Menggunakan MUSIC dan IFT-FD-SAGE
Gambar 7. Jumlah Sinyal yang Parameternya Dapat Diestimasi Sebagai Fungsi SNR Menggunakan MUSIC

Gambar 8. Estimasi Azimut DOD dan DOA 20 Sinyal Lintasan Jamak
Menggunakan IFT-FD-SAGE

Gambar 9. Estimasi Elevasi DOD dan DOA 20 Sinyal Lintasan Jamak
Menggunakan IFT-FD SAGE

Gambar 7 menunjukkan hasil simulasi menggunakan MUSIC untuk mengamati L dengan kesalahan rata-rata estimasi arah kedatangan kurang dari 1° sebagai fungsi SNR. Tampak bahwa L sangat tergantung pada SNR dan pada SNR tinggi (30-40 dB) hanya enam sinyal yang dapat diestimasi oleh MUSIC menggunakan antena larik kubus (N = 8).

Gambar 8 dan Gambar 9 berturut-turut adalah hasil simulasi menggunakan IFT-FD-SAGE untuk mengestimasi azimut dan elevasi keberangkatan dan kedatangan serta delay 20 komponen lintasan jamak pada SNR 20 dB.

Azimut, elevasi dan delay dibangkitkan secara acak dengan distribusi uniform, masing-masing pada interval [0°,359°], [11°,170°] dan [0,800 ns]. Dari Gambar 8 dan Gambar 9 dapat disimpulkan bahwa kinerja IFT-FD-SAGE tetap baik pada saat L jauh lebih besar dari pada N.

Gambar 10. Denah Pengukuran
dan Hasil Ray Tracing

5. Verifikasi Kinerja Algoritma dengan Data Pengukuran

Untuk mengetahui bagaimana kinerja kedua algoritma jika diterapkan pada data pengukuran, dilakukan pengukuran di ruang B305 Jurusan Teknik Elektro ITS. Verifikasi dilakukan dengan membandingkan parameter sinyal lintasan jamak yang dihasilkan oleh kedua algoritma, dengan parameter yang diperoleh melalui metode ray tracing. Denah pengukuran dan hasil ray tracing ditunjukkan pada Gambar 10.

Pengukuran untuk algoritma IFFT-FD-SAGE dan MUSIC dilakukan di lokasi yang sama, tetapi dengan metode berbeda. Pengukuran dua arah untuk algoritma FD-SAGE dilakukan dengan menempatkan antena larik kubus sintetik di pemancar dan penerima. Sedangkan untuk algoritma MUSIC pengukuran dilakukan dengan menggunakan antena larik di penerima.

Keduanya dengan teknik pengukuran seperti dijelaskan pada pembahasan II.
Tabel 1. Identifikasi Lintasan Jamak
dengan Ray Tracing Identifikasi Lintasan
DoA
(°)
Delay
(ns)
DoD
(°)
#1, LOS
0,00
7,00
0,00
#2, Pantulan 1x, dinding (a)
280,00
39,20
80,00
#3, Pantulan 1x, dinding (c)
55,00
11,40
308,00
#4, Pantulan 1x, dinding (d)
0,00
16,00
180,00
#5, Pantulan 1x, dinding (b)
180,00
15,00
0,00
#6, Pantulan 2x, dinding (d,a)
293,00
41,80
113,00
#7, Pantulan 2x, dinding (d,c)
30,00
18,40
208,00
#8, Pantulan 2x, dinding (c,b)
148,00
17,50
330,00
#9, Pantulan 2x, dinding (a,b)
249,00
41,40
68,00

Tabel 2. Hasil Estimasi Parameter
Menggunakan IFFT-FD-SAGE No.
DoA (°)
Delay
(ns)
DoD (°)
Magnitudo (dB)
Elevasi
Azimut
Elevasi
Azimut
1
92
8
6,06
90
358
-0,48
2
91
61
12,12
89
305
0,00
3
86
6
18,18
89
191
-3,45
4
84
287
24,24
54
65
-24,50
5
80
355
30,30
87
355
-16,61
6
85
271
36,36
78
97
-19,85
7
74
278
42,42
74
125
-18,00
8
70
215
48,48
92
322
-25,24
9
90
67
54,55
85
289
-20,35
10
93
357
60,00
92
179
-15,45
11
91
45
66,67
92
305
-19,28
12
85
19
72,72
87
194
-26,92
13
84
223
81,81
92
33
34,82















Tabel 3. Verifikasi Algoritma IFFT-FD-SAGE dengan Hasil Ray Tracing
Identifikasi lintasan

DoA
(°)
Delay
(ns)
DoD
(°)
#1, LOS
Estimasi
0,00
8,00
7,00
6,06
0,00
358,00
#2, Pantulan 1x, dinding (a)
Estimasi
280,00
271,00
39,20
36,36
80,00
97,00
#3, Pantulan 1x, dinding (c)
Estimasi
55,00
61,00
11,40
12,12
308,00
305,00
#4, Pantulan 1x, dinding (d)
Estimasi
0,00
6,00
16,00
18,18
180,00
191,00
#5, Pantulan 1x, dinding (b)
Estimasi
180,00
15,00
0,00
#6, Pantulan 2x, dinding (d, a)
Estimasi
293,00
278,00
41,80
42,42
113,00
125,00
#7, Pantulan 2x, dinding (d, c)
Estimasi
30,00
18,40
208,00
#8, Pantulan 2x, dinding (c, b)
Estimasi
148,00
17,50
330,00
#9, Pantulan 2x, dinding (a, b)
Estimasi
249,00
278,00
41,40
42,42
68,00
125,00

5.1 Verifikasi untuk Algoritma FD-SAGE
Estimasi parameter lintasan jamak menggunakan IFFT-FD-SAGE dari data hasil pengukuran diberikan pada Tabel 2. Verifikasi dilakukan untuk azimut DOA dan DOD serta delay.
Jika dibandingkan antara Tabel 1 dan Tabel 2 dengan Tabel 1 sebagai referensi maka tampak komponen LOS dapat diestimasi dengan baik, yaitu oleh komponen nomor 2 pada Tabel 2. Komponen #2 pada Tabel 1 yang dihasilkan oleh pantulan satu kali di dinding (a), komponen #6 akibat pantulan dua kali di dinding (d) dan (a), serta komponen #9 hasil pantulan dua kali di dinding (a) dan (b) masing-masing mempunyai delay hampir sama. Karena resolusi delay algoritma 6.06 ns maka algoritma kesulitan membedakan ketiga sinyal tersebut. Satu sinyal hasil estimasi yang paling dekat dengan komponen #2 pada Tabel 1 adalah komponen nomor 6 pada Tabel 2. Sedangkan komponen #6 pada Tabel 2 cukup dekat dengan komponen nomor 7 pada Tabel 1. Demikian pula komponen #4, #5, #7 dan #8, komponen #4 hasil ray tracing pada Tabel 1, paling dekat dengan komponen nomor 3 pada Tabel 2. Sedangkan komponen #3 hasil ray tracing dapat diestimasi dengan baik sebagai komponen nomor 2 pada Tabel 2. Hasil perbandingan ini dirangkum pada Tabel 3. Keluaran algoritma yang bersesuaian dengan hasil ray tracing terdapat pada baris-baris yang diarsir. Dari Tabel 3 juga tampak bahwa untuk komponen sinyal lintasan jamak yang mempunyai delay dekat dengan delay sinyal lain, hasil estimasi DOD dan DOA mempunyai kesalahan cukup besar.

5.2 Verifikasi untuk Algoritma MUSIC
Pengukuran untuk verifikasi algoritma MUSIC dilakukan dengan mengambil jumlah snapshot 20. Sesuai dengan simulasi yang dilakukan, 20 snapshot data telah cukup untuk mendapatkan akurasi yang baik. Karena MUSIC bekerja pada data di domain waktu, maka data dari pengukuran dengan VNA disampel pada satu titik frekuensi, yaitu pada 2500 MHz sehingga jarak antar elemen pada antena larik adalah λ/2.

Spektrum S-MUSIC dan T-MUSIC yang diperoleh dari pengolahan data hasil pengukuran ini ditunjukkan pada Gambar 11 dan Gambar 12 dan hasilnya diberikan pada Tabel 4.

Dari Gambar 11 dan Gambar 12 tampak bahwa MUSIC hanya dapat mengestimasi dua komponen sinyal dari data pengukuran. Perbandingan antara Tabel 1 dan Tabel 4 menunjukkan bahwa komponen lintasan jamak yang terdeteksi oleh MUSIC adalah komponen LOS dan komponen yang dipantulkan satu kali oleh dinding (b). MUSIC mendeteksi arah kedatangan kedua komponen sinyal ini dengan akurat.

 Tabel 4. Hasil Estimasi Parameter Data Pengukuran Menggunakan MUSIC
Identifikasi lintasan
Azimut ( o)
Elevasi ( o)
Delay (ns)
1
-1
91,50
4
2
180
91,00
7

Kurva delay sesungguhnya pada Gambar 12 diperoleh dengan memasukkan parameter sinyal hasil ray tracing untuk membangkitkan data pada simulasi. Dari Gambar 12 tampak bahwa MUSIC kurang akurat dalam mengestimasi delay.

Gambar 11. Plot Contour Spectrum S-MUSIC
dari Data Pengukuran

Gambar 12. Spektrum T-MUSIC
dari Data Pengukuran

6. Kesimpulan dan Diskusi
Hasil simulasi menunjukkan bahwa akurasi algoritma IFFT-FD-SAGE dan MUSIC sangat baik, terutama pada SNR cukup tinggi. Tetapi pada MUSIC terdapat keterbatasan jumlah sinyal yang dapat diestimasi parameternya.
Hasil verifikasi untuk MUSIC menunjukkan bahwa jumlah sinyal lintasan jamak yang berhasil diestimasi berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran menggunakan antena larik kubus adalah 2. Sedangkan jumlah sinyal lintasan jamak yang diperoleh dari ray tracing adalah 9. Akurasi estimasi DOA untuk 2 sinyal lintasan jamak tersebut baik sedangkan akurasi delay buruk.
Sedangkan verifikasi terhadap algoritma IFFT-FD-SAGE menunjukkan bahwa algoritma ini dapat mengestimasi parameter 5 sinyal lintasan jamak dari 9 yang diperoleh melalui ray tracing. Akan tetapi hasil verifikasi menunjukkan bahwa algoritma ini kesulitan membedakan sinyal-sinyal lintasan jamak yang mempunyai delay lebih pendek dari resolusi delay algoritma.
Ditinjau dari sistem pengukurannya, kedua algoritma ini memerlukan teknik pengukuran berbeda. Parameter spasial kanal dua arah, yaitu DOD dan DOA, yang diperoleh dengan metode pengukuran untuk MUSIC tidak menunjukkan hubungan satu dengan yang lain karena diperoleh dari pengukuran yang berbeda. Sedangkan dengan IFFT-FD-SAGE kedua parameter tersebut diperoleh secara serempak sehingga dapat diketahui dengan pasti pasangan masing-masing.
Dari verifikasi yang telah dilakukan tersebut, algoritma IFFT-FD-SAGE lebih menguntungkan untuk diterapkan dibandingkan dengan MUSIC.

Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini dibiayai dengan dana dari Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia melalui Program Penelitian Hibah Pasca Sarjana Tahun 2009-2010.

Daftar Pustaka
[1] Baysal, U., R. L. Moses, "On The Geometry of Isotropic Array", IEEE Transactions on Signal Processing, Vol. 51, No. 6, Juni 2003.
[2] Chong, C. C., D. I. Laurenson, "Joint detection-estimation of directional channel parameters using 2-D frequency domain SAGE algorithm with serial interference cancellation", IEEE ICC, April 2002.
[3] Czink, N., H. Yin, "Cluster Characteristics in a MIMO Indoor Propagation Environment", IEEE Trans. On Wireless Communication, Vol. 6, No. 4, April 2007.
[4] Fleury, B. H., P. Jourdan, A. Stucki, "High Resolution Channel Parameter Estimation for MIMO Application Using the SAGE Algorithm", International Zurich Seminar on Broadband Communications, 2002.
[5] Haneda, K., J. Takada, "High-Resolution Estimation of NLOS Indoor MIMO Channel with Network Analyzer Based System", Proceeding of Personal Indoor and Mobile Radio Communication (PIMRC), Vol. 1, pp. 675 – 679, Beijing, China, September 2003.
[6] Matthaiou, M., N. Razavi-Ghods, "Characteri-zation of indoor MIMO channel in frequency domain using the 3D-SAGE Algorithm", IEEE Conference on Communication, 2007.
[7] Sousa, E. S., V. M. Jovanovic, C. Daigneault, "Delay Spread Measurement for the Digital Cellular Channel in Toronto", IEEE Transaction on Vehicular Technology, Vol. 43, No. 4, pp. 837 – 847, November 1994.
[8] Steinbauer, M., A. F. Molisch, E. Bonek, "The Double-Directional Radio Channel", IEEE Antennas and Prop. Magazine, Vol. 43, No. 4, pp. 51 – 63, Agustus 2001.
[9] Wang, Y. Y., "TST-Music for Joint DOA-Delay Estimation", IEEE Transaction on Signal Processing, Vol. 49, pp. 712 – 729, April 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar